Behavioral targeting merupakan strategi pemasaran yang memungkinkan pebisnis atau perusahaan memunculkan iklan sesuai preferensi calon konsumen.
Ketika pebisnis membuat iklan yang sesuai dengan preferensi calon konsumen, diharapkan akan bisa meningkatkan konversi penjualan. Hal tersebut dikarenakan ketika iklan yang ditampilkan lebih relevan dengan calon konsumen, maka mereka akan merasa lebih terlibat dengan produk atau layanan yang ditawarkan.
Selain itu, relevansi iklan juga membuat iklan tidak sekadar dilewati saja oleh calon konsumen. Karena disesuaikan dengan perilaku calon konsumen, maka mereka cenderung akan memerhatikan atau mengklik iklan yang ditampilkan.
Kemudian dengan behavioral targeting, calon konsumen merasa merasa lebih diperhatikan pihak produk ditawarkan. Keadaan tersebut memberikan pengalaman yang lebih baik bagi calon konsumen yang masih mencari-cari produk dan memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi bagi konsumen.
Teknik behavioral targeting ini juga cukup berdampak besar bagi pebisnis online. Hal tersebut dikarenakan pihak pebisnis bisa mengingatkan para calon konsumen dengan mudah terkait informasi produk yang sebelumnya mereka minati.
Cara ini juga memudahkan pebisnis dalam memasarkan produknya. Hal tersebut dikarenakan iklan yang dibuat bisa langsung menyasar kepada audiens yang tepat. Keadaan tersebut meningkatkan kemungkinan meminimalisasi pemborosan iklan pada kelompok yang tidak relevan.
Contoh dari behavioral targeting adalah, misal seseorang bernama A menyukai midi dress dan tengah mencari model midi dress apa yang dia butuhkan. Ia mencari tahu model terkini hingga corak apa yang bagus lewat browser.
Saat membuka Instagram, tiba-tiba muncul iklan pilihan midi dress kekinian yang dijual dengan harga terjangkau di dekat tempat tinggalnya. Iklan tersebut relevan dengan perilaku dan kebutuhan si A.
Bagaimana cara melakukan behavioral targeting yang tepat?
Pertama, pihak pebisnis atau perusahaan harus mengumpulkan data terkait perilaku konsumen, yang mana bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga atau menggunakan tools analysis untuk mengetahui perilaku pengguna internet kelompok tertentu.
Pengumpulan data juga bisa dilakukan dengan mengompilasi pencarian web, riwayat pembelian, situs web yang sering dikunjungi, dan informasi lainnya yang nantinya bisa dibuat menjadi profil calon konsumen.
Setelah itu, data yang didapat bisa disaring untuk dibuat menjadi segmentasi konsumen yang sesuai dengan target audiens. Data segmentasi tersebut bisa menjadi ide untuk pembuatan iklan yang sesuai dengan preferensi calon konsumen.
Meski terlihat mudah dan menyenangkan, ada hal-hal yang harus diperhatikan pebisnis atau perusahaan. Pertama, hindari mengganggu pengalaman pengguna dengan menampilkan iklan yang berlebihan. Jika iklan yang dimunculkan terlalu masif, justru calon konsumen akan merasa terganggu dan melewati. Bahkan bisa saja calon konsumen melaporkan iklan tersebut.
Kemudian karena cara ini melibatkan data calon konsumen, pihak pebisnis atau perusahaan wajib memprioritaskan keamanan dan perlindungan data konsumen. Pebisnis atau perusahaan juga wajib menghormati privasi dan etika konsumen.